ekonomi kita...

on Jumat, 16 Mei 2008

Sistem ekonomi bisa dijelaskan secara definisi yaitu sistem atau cara-cara yang digunakan oleh suatu negara dalam mengatur perekonomiannya, baik itu menyangkut kebijakan maupun penggunaan anggarannya dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita negara. Tiap negara punya sistem ekonomi tersendiri dalam mengatur keuangannya, namun secara garis besar semua sistem yng ada itu bisa dibagi sebagai berikut : sistem ekonomi pasar/kapitalis; sistem ekonomi terpimpin; dan sistem ekonomi campuran. Sistem ekonomi pasar yang digagaskan oleh ”Bapak Ekonomi Klasik” Adam Smith ini menganut asas kapitalisme, dimana segala kegiatan yang menyangkut permasalahan perekonomian diatur oleh pasar tanpa adanya campur tangan pemerintah. Tiap induvidu diberi kebebasan dalam berkreasi dalam berekonomi. Tiap warga negara berhak melakukan apa saja dalam rangka pencapaian kemakmuran dalam hidupnya tanpa ada larangan ataupun intervensi pemerintah. Yang berkuasa dan memiliki potensi dalam berekonomi akan semakin kaya, sementara yang miskin semakin jauh tertinggal. Akibatnya, kesenjangan sosial yang tinggi bisa terlihat begitu jelas bagi negara penganut paham ini.

Lain halnya dengan sistem ekonomi terpimpin, pemerintah atau negara amat begitu berkuasa terhadap hak induvidu, segala macam permasalahan ekonomi diatur oleh negara secara absolut, dimana tiap induvidu dikekang dalam urusan berkreasi. Sistem ekonomi ini cenderung berpaham sosialis komunis, diman tujuan yang ingin dicapai adalah pemerataan setiap induvidu, semuanya satu rasa, satu kasta, tidak boleh ada yang lebih unggul dari yang lainnya agar tidak terjadi kesenjangan. Sementara sitem ekonomi campuran merupakan sistem ekonomi yang dianut oleh sebagian negara dengan mengam bil kebaikan-kebaikan dari kedua sistem ekonomi serta membuang hal negatif yang ada dalam kedua sistem ekonomi itu. Biasanya sistem ini banyak dianut oleh negara berkembang karena dalm pencarian jati diri negaranya.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Secara teori negara kita menganut sistem ekonmi tersendiri atau yang biasa dikenal dengan Sistem Ekonomi Pancasila. Ekonomi Pancasila memang berbeda dengan yang lainnya, karena berlandaskan pada asas atau nilai yang terkandung dalam Pancasila, yang mana Pancasila telah mengandung nilai-nilai luhur yang mencerminkan sikap atau pribadi bangsa Indonesia. Selain itu, kalau dilihat dari segi ciri-cirinya, adalah benar jika sistem ekonomi Pancasila penganut paham sistem ekonomi campuran. Akan tetapi, dengan berlandaskan pada dasar yang dianut dan nilai-nilai luhur Pancasila yang terkandung didalamnya, maka bisa dipastikan ekonomi Pancasila berbeda denagan ekonomi campuran. Namun di lain pihak, pelakasanaan atau penerapan perekonomian Indonesia selama ini boleh dibilang amat jauh dari teori yang ada. Seiring dengan maraknya globalisasi, mengakibatkan Indonesia terjatuh dalam jurang kapitalisme. Terbukti sebagian besar uang atau kekayaan yang ada di negara Indonesia dipegang oleh hanya segelintir orang. Di Jakarta atau di kota-kota besr lainnya bisa dijadikan patokan, dimana di pusat perkotaan ditemui orang-orang berdasi dengan mobil merci. Sementara di pinggiran kota tampak orang-orang berpakaian lusuh dan tinggal dibawah atap kardus di kolong-kolong jembatan, dan itu pun juga tiap sebentar harus pinadah karena tiap bentar digusur. Ironis memang, adalah suatu kesenjangan yang amat mencolok, dan itu terjadi di Indonesia yang menganut sistem ekonomi Pancasila yamg notabene megutamakan keadilan sosial bagi seluruh warga. Jadi, tidak bisa disalahkan kalau kita menyebut Indonesia sebenarnya adalah penganut kapitalisme tulen, berdasarkan pada fakta yang terjadi di lapangan tadi.

Kalau diteliti kebelakang, liberalisme ekonomi Indonesia mulai tampak secara nyata saat adanya pinjaman dari IMF dan Bank Dunia yang notabene lembaga yang menjalankan proyek liberalisme dan kapitalisme di pelosok penjuru dunia. Sehingga karena terjepit oleh krisis multi dimensi, terpaksa Indonesia harus menandatangani kontrak dengan kedua lembaga itu, dan kebijakan ekonomi negara-pun cenderung mengarah pada libralisme. Disamping itu tidak adanya batas-batasan yang jelas atas Perekonomian Pancasila, mengakibatkan mudahnya ekonomi Pancasila yang diagung-agungkan itu tersisihkan, walaupun secara teori hal itu masih diakui. Terbukti praktek liberal yang diterapkan tidak bisa membawa kemajuan perekonomian negara yang sudah jatuh ini. Keuntungan dari kapitalisme itu hanya dinikmati oleh sebagian kecil orang , walaupun partisipasi warga bawah lumayan besar (buruh, pekerja). Namun, begitulah ekonomi liberal adanya, kesenjangan sosial terlihat jelas. Keterpurukan ekonomi membawa dampak pada melencengnya moralitas yang ada dalam masyarakat. Sekarang, kita sering saja mendengar pembunuhan yang terjadi dengan mudahnya, pemerkosaan, perampokan, dan berbagai tindak kriminal lain sebagai dampak adanya pemerosotan ekonomi dan penyurutan nilai moralitas dalam masyarakat.

Jadi apa yang harus dilakuakan? Sistem ekonomi Pancasila yang batas-batas atau penjabarannya yang tak begitu jelas, seiring dengan globalisasi, ia menjadi semakin terkebelakang dan cenderung ditinggalkan. Sementara itu, sebaliknya sistem liberal atau kapital semakin mengepakkan sayapnya melalui para pemodal yang datang ke Indonesia, dan sudah terbukti efek negatif kapitalisme ini begitu tersa bagi kalngan warga khususnya mereka yang dirugikan secara sepihak. Sebenarnya Indonesia butuh apa yang semestinya mereka butuhkan. Kapitalisme tidak sesuai dengan kondisi warga, sehingga mendatangkan malapetaka.

Sebagian besar warga Indonesia adalah muslim, bahkan merupakan negara yang berpenduduk muslimnya terbesar di dunia. Untuk itu ekonomi yang sesuai dengan Indonesia adalah penerapan sistem ekonomi Islam itu sendiri. Dengan prinsip bagi hasil, tidak akan ada yang bakalan rugi sepihak. Selain itu, sistem ekonomi yang bersumber pada Qur’an dan tuntunan dari Rasul ini, sudah terbukti keampuhannya. Terlihat kemajuan islam yang pesat, sejak dimulai zaman Rasullallah, sahabat dan tabiinn dan mencapai puncak kejayaan pada masa dinasti-dinasti kerajaan islam. Selain itu, karena kebaikkannya, maka banyak negara-negara di Eropa yang menggunakannya. Di Indonesia hampir semua bank konvensional memakai menu ekonomi islam, karena apa ?Ya, karena dampaknya juga baik pada Bank, dan nasabah pun telah banyak mengerti akan kebaikan syariaah .

Oleh karena itu, demi perbaikan ekonomi newgara ini, adalah pantas jika kita semakin mmemajukan perekonomian islam yang juga membawa kemanfaatan yang besar pada kita dan negara .

Wallahu alam ....

0 komentar: