Aku, Pemimpin, dan Kepedulian Sosial
Aku adalah manusia biasa, tampil bagaimna adanya, tidak kurang tidak lebih, diciptakan oleh Allah layaknya manusia biasa. Aku idealnya adalah sesosok pemuda gagah, memiliki kharisma, berlemah lembut terhadap yang baik, dan tegas terhadap kemungkaran. Idealnya aku juga bijaksana, adil dalam memimpin, serta dewasa dalam bersikap. Akulah pemuda yang kehadirannya telah ditunggu lama, untuk membawa perubahan di negeri yang penuh kesimpangsiuran ini, memimpin
Itulah aku idealnya. Namun dibalik kesempurnaan aku yang ideal itu, tentu saja realitanya masih jauh antara arang dan api. Bagaimana menggambarkan aku realnya, sulit untuk diceritakan secara obyektif. Pandangan manusia pada umumnya terhadap suatu hal tentu berbeda, tergantung dari arah mana cara pandangnya.. Begitu pun halnya dengan diriku sendiri, aku secara realitanya tentu bermacam-macam, tergantung siapa yang memberikan pendapat/ komentar. Namun yang pasti, aku telah menentukan dan menetapkan bagaimana aku yang idealnya, otomatis aku akan terus berusaha mencapai keidealan itu dengan berbagai cara dan usaha yang sungguh, menghadapi berbagai rintangan dan onak duri yang senantiasa menghadang perjuangan. Kondisi ini membutuhkan kesabaran dan kesungguhan yang tinggi serta tawakal pada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian, aku yakin akan bisa mencapainya. Faizaa azamta, fatawakkal a’lallah.
Sebagai seorang yang terlahir laki-laki, aku dituntut untuk bisa memimpin. Memimpin bangsa dan negara ini, masyarakat, atau hanya sekedar memimpin keluarga nantinya, atau paling tidak memimpin diri sendiri agar tidak keluar dari koridor yang telah ditetapkan.
Bagaimana karakteristik pemimpin yang baik itu? Tidak ada pernyataan yang absolut untuk menetapkannya. Setiap orang boleh memberikan pendapatnya tentang seorang pemimpin yang baik itu. Berbagai ahli kenegaraan misalnya, mereka punya argumen yang berbeda-beda tentang sosok pemimpin dambaan. Sesuai dengan situasi dan kondisi yang dibutuhkan, adakalanya lebih baik pemimpin yang berkarakteristik diktator pada saat tertentu dan bisa juga pemimpin yang demokratis diperlukan pada saat yang lain. Namun, terlepas dari semua pernyataan dan pendapat tentang berbagai karakteristik kepemimpinan di atas, aku sendiri, kalaulah boleh berargumen, aku masih sepakat dengan dengan pribadi pemimpin ideal yang ditawarkan agamaku, islam. Sidiq, tabligh, amanah, dan fathanah merupakan ciri-ciri yang melekat pada diri Nabi Muhammad SAW. Sosok pribadi yang diletakkan pada posisi nomor wahid oleh Michel Hart sebagai orang yang paling berpengaruh di dunia.
Siddiq berarti benar, apa yang disampaikannya adalah hal-hal yang benar, jelas, berdasarkan analisis dan pertimbangan data fakta yang ada, tidak ‘ngawur’ seperti yang sering terlontar dari mulut salah satu mantan Presiden Indonesia yang nyeleneh, “you know who”. Kemudian peminpin itu juga bersifat tabligh, menyampaikan. Sosok yang bisa menyampaikan berbagai informasi yang dibutuhkan bawahannya. Jika ia berbicara, orang akan menyesal kalau tidak mendengarkannya. Demikian juga halnya dengan sifat amanah. Karakteristik inilah yang saat ini amat langka melekat pada pemimpin negeri kita. Sudah tak terhitung lagi, sudah berapa pejabat yang menyalahgunakan amanah berupa jabatan yang diberikan untuk kepentingan pribadi. Tidak heran kalau
Satu lagi hal cukup menarik adalah tentang adanya berbagai bencana dan musibah yang terjadi di
Aku berharap akan terlahir pemimpin yang suadah lama dinantikan, yang memiliki empati dan kepedulian sosial tinggi di tengah berbagai cobaan dan musibah. Dan betapa bangganya diri ini jika sosok itu adalah aku.
Jika ada 1000 orang yang mengubah negeri ini, aku adalah salah satunya,
jika ada 100 orang yang mengubah negeri ini, aku adalah salah satunya,
jika ada 10 orang yang mengubah negeri ini, aku juga adalah salah satunya,
dan, jika hanya ada 1 orang yang mengubah negeri ini, itulah aku.
0 komentar:
Posting Komentar