Permasalahan Ekonomi Bangsa, Ekonomi Islam sebagai Alternatif

on Kamis, 28 Agustus 2008

Satu abad kebangkitan nasional pada 20 Mei 2008 lalu masih terngiang-ngiang di telinga kita. Tidak lama lagi momen historis Sumpah Pemuda pada 10 windu silam yang menandai bangkitnya rasa persatuan di tanah air Indonesia akan kita jumpai. Kemudian, telah 63 tahun lamanya kita merdeka, menyatakan kedaulatan bangsa lepas dari belenggu penjajahan bangsa asing. Selanjutnya, telah 1 dasawarsa lamanya kita bangsa Indonesia menyatakan reformasi atas kebobrokan pemerintahan masa lalu yang telah membawa nasib bangsa terpuruk sebagimana adanya sekarang ini. Memang tahun 2008 penuh dengan angka-angka bersejarah yang memberi pengaruh pada perjalanan hidup bangsa Indonesia sampai sekarang. Namun terlepas dari masa-masa historis yang telah berlalu tersebut, sejauh mana perubahan yang kita rasakan sebagai rakyat Indonesia. Adakah kenyamanan, keamanan, keadilan, dan kesejahteraan yang kita rasakan? Atau apakah kondisi tidak jauh berbeda dibanding sebelum momen-momen bersejarah tersebut? Mungkin tiap kita punya pandangan masing-masing terkait hal ini. Akan tetapi, fakta dilapangan menunjukkan bahwa bangsa kita Indonesia berada dalam keadaan yang miris memang. Terkhusus permasalahan ekonomi bangsa, walaupun menurut perhitungan BPS perekonomian kita mengalami pertumbuhan, namun realita di lapangan sama sekali tidak mendukung pernyataan tersebut. Kemiskinan yang semakin meningkat, pengangguran yang merajalela, dan anak-anak yang semakin banyak putus dari sekolah. Perputaran uang hanya terjadi pada segelintir orang. Di saat warga di pinggiran kelaparan, tidak cukup uang untuk membeli sesuap nasi saja. Namun di pusat kota, semakin banyak orang yang berganti mobil, hal yang ironis memang. Tidak ada keadilan dalam berekonomi. Uang, barang, dan jasa tidak terdistribusi secara merata.

Apa yang salah sebenarnya? Kita mempunyai SDM dan SDA yang berlimpah. Namun mengapa bangsa ini masih saja berada dalam keterpurukan? Khususnya bidang ekonomi, pasti ada yang salah terhadap sistem ataupun mekanisme yang digunakan.

Tidak perlu disangkal lagi, walaupun di atas kertas bangsa ini menyatakan menganut sistem ekonomi pancasila, tetapi di lapangan menunjukkan liberalisme dan kapitalisme begitu mempengaruhi akan kebijakan perekonomian bangsa. Cengkraman konglomerat asing tidak terbendung untuk melakukan kebijakan ekonomi, sehingga orientasi ekonomi bangsa bukan lagi untuk kepentingan kemakmuran rakyat, tetapi sudah beralih pada kepentingan bangsawan asing. Hal ini merupakan dampak buruk bercokolnya kapitalisme di perekonomian bangsa.

Sebelum berlarut-larut membicarakan keburukan system ekonomi yang ada sekarang. Akan lebih bijak rasanya jika kita fokuskan diri untuk mencari solusi permasalahan yang sedang terjadi. Mencari alternatif dari mekanisme ekonomi yang ada sekarang jauh lebih baik dan lebih penting dari pada kita menyibukkan diri mengkritik bangsa asing. Di saat timbulnya banyak permasalahan ekonomi, baik bangsa maupun dunia. Ketika kapitalisme semakin menunjukkan titik lemahnya dan sosialisme tak mungkin lagi bangkit dari kehancurannya, maka sistem ekonomi islam atau yang juga dikenal dengan ekonomi syari’ah semakin mencuat namanya ke permukaan sebagai alternatif sistem ekonomi.

Kalau kita lihat, sebenarnya ada dua aliran ekonomi yang sedang berkembang, khususnya di Indonesia. Ekonomi konvensional yang pengelolaannya cenderung pada sistem ekonomi kapitalisme dan ekonomi islam atau syariah yang berdasar pada Al Qur’an dan Hadits sebagai pondasi ajaran islam. Jika ingin melihat perbedaan lebih mudahnya, bisa diperhatikan pada 2 jenis bank yang ada di Indonesia, yaitu bank konvensional dan bank syariah. Dari sisi pengelolaannya terlihat jelas, terutama dalam hal pembagian keuntungan. Konvensional terkenal dengan sistem bunga yang mana oleh sebagian para ulama ditetapkan bahwa bunga itu sama saja dengan riba. Sementara bank syariah populer dengan sistem bagi hasilnya yang menguntungkan kedua pihak, baik itu pihak bank maupun nasabah sehingga tidak ada yang terzhalimi. Namun terlepas dari hal itu dan juga harus menjadi catatan penting bagi kita semua bahwa perbankan syariah hanyalah salah satu pembagian dari sistem ekonomi islam, bukan sebagaimana paradigma yang banyak berkembang di tengah masyarakat bahwa ekonomi islam adalah perbankan syariah.

Sering kali kita melakukan dikhotomi terhadap ilmu yang dipelajari, misalnya sesuatu yang tabu rasanya jika mahasiswa perguruan tinggi negeri umum mempelajari ilmu keislaman termasuk ekonomi islam atau ekonomi syariah. Padahal tidak ada masalah dengan itu semua. Ketika kita cenderung didokrinisasi dengan mata kuliah yang lebih dekat kepada ekonomi konvensional, perlu kiranya jika dibarengi dengan pemahaman terhadap aliran sistem ekonomi lainnya, ekonomi syariah misalnya, sehingga paradigma berpikir kita akan bisa lebih luas dan tidak terfokus pada salah satu mazhab.

Maka, kita sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis adalah hal yang patut untuk mencoba mengenal lebih dalam dengan ekonomi islam ini. Karena fakta sejarah yang tidak bisa dipungkiri bahwa ekonomi islam telah menunjukkan ketangguhan dan keberhasilannya dalam membawa peradaban manusia ke arah yang lebih baik 14 abad yang silam. Bahkan kalaulah boleh jujur dikatakan bahwa sistem ekonomi kapitalisme yang banyak dianut saat ini sebenarnya para tokohnya banyak terinspirasi dari ilmuan dan ekonom muslim. Sebut saja Adam Smith yang dikenal dengan Bapak Ekonomi Konvensional, isi dari bukunya yang populer The Wealth of Nation, terinspirasi dari buku Al Amwalnya Abu Ubaid (838 M), ada karya Ibnu Khaldun, Ibnu Rusyd, dan masih banyak contoh yang lain lagi. Di sini, di FEB UGM yang kita cintai ini, teman-teman bisa menemukan dan mengenal lebih dalam tentang ekonomi syariah pada Shariah Economics Forum (SEF). Mari belajar ekonomi syariah dengan harapan kepahaman kita akan ekonomi syariah bisa menjadikannya solusi atas permasalahan ekonomi bangsa ini.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

ayoo, berjuang bersama untuk mengembangkan ekonomi syariah. Saya kira, langkah kecil teman-teman SEF dapat membawa manfaat besar bagi pengembangan ekonomi syariah secara nasional. Generasi kita harus memberi kontribusi terhadap pengembangan ekonomi syariah di Indonesia.