memaknai zero waste

on Minggu, 14 Februari 2010


Sejenak setelah silaturrahim dengan Rektor UGM beberapa hari yang lalu(Rabu, 10 Februari 2010), tersentak diri ini akan salah quote yang diucapkan beliau, “zero waste”, yang mungkin merupkan suatu istilah baru bagi sebagian orang, dan istilah sama yang saya dengar beberapa waktu yang lalu pada saat mengikuti final community development competition (CDC) di ITB Fair Bandung, beberapa hari sebelumnya.
Saat itu Pak Jar memaknai “zero waste” sebagai bentuk aktifitas yang benar-benar bermanfaat. Namun, kali ini saya tidak akan mengajak berdiskusi sebagaimana zero waste yang dimaknai oleh Pak Rektor tsb, tetapi mencoba menyampaikan ke teman-teman untuk memaknai zero waste benar2-benar dari segi harfiahnya, “tidak ada sisa(sampah)” yang kemudian akan berkaitan dengan kelingkunganan.

Berbicara tentang climate change dan global warming adalah sesuatu yang tidak perlu dijelaskan lagi akan urgensinya saat ini, hampir semua orang memahami betapa kritisnya nasib bumi ini terkait perubahan iklim yang terjadi. Hal-hal besar telah banyak dilakukan oleh para petinggi negara di dunia untuk menyikapinya. Trus, bagi kita yang belum jadi apa-apa secara kekuasaan bukan berarti tidak bisa bertindak apa-apa.

Zero waste, dengan prinsip ini merupakan salah satu langkah yang bisa dilakukan untuk menjaga pelestarian lingkungan ini (environmental sustainable development). Dengan keseharian yang dimulai dari diri pribadi untuk senantiasa meminimalisir jumlah sampah yang dihasilkan, usahakan dalam aktivitas keseharian kita tidak ada sisa, zero waste.

Aplikasi sederhana, etika makan. Bukan zamannya lagi makan ada sisanya, harus dihabiskan, karena tidak mungkin ada orang yang mau memakan sisa makanan kita itu. Pastikan bahwa setiap bagian makanan yang bisa dimakan termakan habis, tanpa sisa.
Zero waste pada aspek etika makan ini memberi efek pada banyak hal:
- Environmentmakan tanpa sisa mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan. Karena berbicara tentang global warming salah satunya berkaitan dengan bagaimana usaha kita tidak sekedar membuang sampah pada tempatnya, tetapi juga meminimalisir jumlah sampah yang dihasilkan
- Economymakan tanpa sisa, berarti secara tidak langsung usaha kita melakukan efisiensi atas makanan, karena untuk mendapatkan makanan dibutuhkan biaya, dalam hal ini jika makanan yang dimakan bisa optimal pemnfaatannya berarti juga telah terjadi efsiensi atas biaya itu sendiri. Prinsip hidup zero waste, tidak mubadzir, dan tidak boros, jelas-jelas berefek pada perekonomian baik secara pribadi maupun masyarakat
- Social  berkaitan dengan karakter hidup seseorang, zero waste berarti dirinya terhindar dari sikap boros dan mubadzir. Efek sosial juga timbul sebagai akibat efek dari lingkungan yang terjaga dan perekonomian masyarakat itu sendiri
Di tengah isu2 hangat tentang korupsi, bank century, dan evaluasi 100 hari SBY, tema lingkungan masih menjadi hal yang layak untuk dibicarakan dan didiskusikan bersama.

Kalaulah boleh bercermin pada negara-negara maju di luar negeri, terlihat bagaimana usaha mereka untuk menjaga kelestarian lingkungan, dengan tidak tersedianya plastik kresek di super market misalnya.
Sekecil apapun itu, yakinlah bahwa kontribusi yang anda lakukan berdampak pada kehidupan secara global

0 komentar: