Ekonomi Islam Sebagai Alternatif

on Selasa, 24 Februari 2009

Suatu realita yang tidak bisa dibantah adalah peran perekonomian sebagai penentu nasib bangsa. Negara yang makmur dan menglami kemajuan, cenderung memiliki perekonomian yang sehat, begitu pun sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk akan mengantarkan negara tersebut dalam keterbelakangan. Bagus tidaknya perekonomian itu tentu sangat dipengaruhi oleh sistem perekonomian yang dipilih. Dalam dunia ilmu ekonomi ada banyak pilihan yang tersedia akan sistem ekonomi ini, seperti liberalisme yang juga dikenal dengan sistem kapitalisme, sosialisme yang dikembangkan oleh Karl Marx, fasisme, neoliberalisme, dan sistem ekonomi islam salah satu diantaranya.
Kalau kita lihat konteks kekinian, tidak dapat dipungkiri bahwa sistem ekonomi kapitalisme sedang berda pada posisi di atas kertas. Namun kenyataan di lapangan bisa ditemukan begitu banyak ketidakadilan ditimbulkan oleh sistem ekonomi seperti ini. Di satu pihak terdapat sebagian masyarakat yang amat kaya dan bergelimang harta, namun di sisi lain ditemukan golongan masyarakat miskin yang tidak terhitung jumlahnya. Oleh karena itu, diperlukanlah suatu sistem ekonomi alternatif yang bisa mengantarkan perubahan dan membawa kemakmuran bagi seluruh lapisan masyarakat, tidak hanya sebagian kecil masyarakat. Dalam artikel ini, akan lebih banyak diterangkan ekonomi islam sebagai alternatif atas ketidakpuasan banyak pihak akan sistem ekonomi kapitalisme yang berkembang dewasa ini.

Ekonomi Kapitalis Sebagai Mainstream
Suatu fakta dan kenyataan yang tidak bisa terbantahkan lagi bahwa ekonomi kapitalis merupkan ekonomi terpopuler di dunia dan sekaligus merupakan sistem ekonomi yang paling bertahan saat ini. Kemudian, hal yang juga perlu diketahui bahwa sebagian besar negara menganut sistem ekonomi yang diciptakan oleh Adam Smith melalui buku fundamentalnya The Wealth of Nation ini. Sistem ekonomi ini lahir dan berkembang di daerah barat sehingga otomatis di negara-negara wilayah itulah yang paling banyak menganut sistem ini. Tidak bisa dipungkiri juga saat ini bahwa negara barat lebih maju, terutama dalam hal kondisi perekonomiannya. Logika digunakan dalam menilai fakta di atas bahwa terdapat relevansi searah tentang kemajuan negara barat dengan sistem ekonomi yang dianut sebagian besar negara di sana. Jadi, wajarlah kiranya ekonomi kapitalis boleh dibilang sebagai mainstreamnya ekonomi saat ini.

Munculnya Ekonomi Sosialis
Kalau kita membaca biografi pendiri paham sosialis Karl Marx, dapat diketahui bagaimana menderitanya Karl Marx dan keluarganya ketika berada di tengah perkembangan kapitalisme. Keluarganya meninggal satu per satu karena kemiskinan ynag menimpa, sementara itu para kapitalis sedang berfoya-foya dan bergelimang dengan harta. Melihat ketidakadilan dan ketimpangan yang luar biasa itu timbullah motivasi Karl Marx untuk mengubah semua itu dengan menciptakan suatu sistem ekonomi baru yang bisa lebih berterima dan menjunjung keadilan merata bagi seluruh lapisan masysrakat. Kemudian muncullah sistem ekonomi kapitalis sebagai penentangan Karl Marx akan kezhaliman kapitalisme yang mana sistem ini mengutamakan kedilan ynag merata dan persamaan di seluruh lapisan masyarakat. Sistem ekonomi ini berpendapat bahwa kapitalisme merupakan sumber permasalahan dan menimbulkan banyak ketimpangan dan kesenjangan di tengah-tengah masysrakat sehingga kemakmuran yang menjadi dambaan akan sulit tercapai. Slogan yang selalu diagung-agungkan oleh sistem ini adalah sama rata, sama rasa. Tidak ada kepemilikan induvidu, semuanya sama, dibagi rata, sehingga tidak ada lagi timbul kelas-kelas dan kesenjangan di tengah-tengah masyarakat.
Kehadiran sistem ekonomi ini layaknya pahlawan yang mampu mengatasi setiap masalah yang banyak berkecimpung di tengah-tengah masyarakat. Namun amat disayangkan, sistem ekonomi ini tidak mampu bertahan lama walaupun usianya jauh lebih muda dari ekonomi kapitalis. Hal ini dikarenakan asas yang dianut oleh sistem ini cenderung mengabaikan fitrah manusia, di mana hak induvidu tidak diakui sama sekali, orang yang bekerja keras akan memperoleh hasil yang sama dengan orang ynag tidak bekerja sama sekali. Akibatnya timbullah penurunan aktivitas berekonomi dan membawa kemunduran dalam hal kondisi perekonomian. Hanya tinggal beberapa negara saja lagi yang masih tetap menggunakan sistem ini. Bahkan negara yang dulunya menganut sistem ini, cenderung berpindah pada sistem ekonomi kapitalis yang kemudian menambah argumen bahwa kapitalisme merupakan mainstream ekonomi.



Ekonomi Islam Tampil Beda
Sistem ekonomi islam yang sebenarnya sudah jauh lebih berkembang dahulunya memiliki perbedaan konsep mendasar dari sistem ekonomi lainnya. Perbedaan mendasar itu mengakibatkan sistem ekonomi islam tampil beda dari sistem ekonomi lainnya dan memiliki orientasi yang berbeda pula. Sistem ekonomi islam tidak hanya mempertanggung jawabkan perilaku ekonominya pada sesama manusia, tetapi yang lebih penting adalah pertanggungjawaban pada Sang Pencipta yaitu Allah SWT.
Ekonomi islam memiliki prinsip dasar yang berbeda dari sistem ekonomi lainnya dalam memandang permasalahan ekonomi. Ekonomi islam memandang bahwa kelangkaan (scarcity) bukanlah problem asasi dari ekonomi manusia. Sehingga persoalan produksi baik APA, BAGAIMANA, dan UNTUK SIAPA komoditi akan diproduksi, bukan menjadi prioritas pembahasan dam ekonomi islam.. Ekonomi islam lahir tidak secara khusus hanya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Ekonomi islam beranggapan bahwa hal itu bisa diatasi dengan tangan manusia sendiri. Tanpa bantuan islam pun akal manusia dengan sendirinya kan mampu menyelesaikan problem produksi barang dan jasa tersebut.
Menurut pandangan islam, masalah asasi ekonomi bukan pada produksi barang dan jasa karena hal itu dianggap masalah yang mudah diselesaikan. Masalah asasi dari ekonomi justru muncul ketika barang atau telah bisa diproduksi, dengan kata lain masalah utama adalah ketika barang dan jasa telah beredar di tengah masyarakat. Kita bisa mengambil maknanya adalah masalah yang dimaksud adalah persoalan interaksi manusia yang terkait barang dan jasa di tengah-tengah manusia, atau bisa disebut juga persoalan distribusi barang dan jasa.
Persoalan distribusi dianggap problem asasi karena kenyataanya manusia memproduksi barang dan jasa tidak hanya untuk dikonsumsi sendiri, sebagian besar barang dan jasa yang diproduksi adalah untuk kepentingan atau kebutuhan manusia lain. Aktivitas ekonomi yang paling besar justru didominasi oleh transaksi barang dan jasa di tengah-tengah manusia, transaksi itu bisa berupa jual beli, sewa-menyewa, pinjam-meminjam, utang-piutang, dll. Kenyataannya proses transaksi inilah yang menimbulkan banyak masalah di tengah-tengah manusia dibandingkan masalah produksi barang dan jasa. Sumber-sumber konflik seperti pertikaian, ketidakadilan, kezhaliman, penindasan, penyelewengan dan sebagainya, hampir seluruhnya timbul dari aktivitas ekonomi ini. Kemudian, terkait dengan persoalan produksi barang dan jasa hampir tidak ada permasalahan yang muncul karena lebih terukur, mudah dihitung, bisa direncanakan, dan mampu diproyeksikan oleh akal manusia. Fakta menunjukkan bahwa barang dan jasa saat ini sudah mampu diproduksi secara melimpah ruah oleh manusia, bahkan sudah melebihi kebutuhan manusia sendiri. Namun yang bermasalah adalah kenyataan ynag menunjukkan bahwa barang dan jasa yang berlimpah ruah itu tidak bisa terdistribusi secara adil dan merata di tengah-tengah manusia.
Mekanisme pasar bebas yang diterapkan dalam sistem kapitalisme memang mampu berperan untuk mendistribusikan barang dan jasa di tengah-tengah manusia. Namun kenyataan menunjukkan mekanisme pasar bebas tidak pernah mampu menyelesaikan persoalan distribusi secara adil dan merata di tengah-tengah manusia. Mekanisme pasar bebas hanya membuat pihak yang kaya semakin kaya dan pihak yang miskin semakin miskin. Beberapa hal yang menyebabkan mekanisme pasar bebas gagal dalam mengatasi masalah itu adalah distibusi hanya bertumpu pada harga, adanya perbedaan pemilikan asal, struktur harga yang mudah terdistorsi, dan berkembangnya pasar-pasar semu.

Missing Link Sistem Pemikiran Ekonomi Islam
Kalau kita membuka kembali lembaran sejarah, ditemukan adanya masa yang memalukan bagi masyarakat eropa, yaitu masa kegelapan eropa yang juga lebih dikenal dengan Dark Ages. Ketika eropa mengalami kegelapan pada masa itu, sebaliknya di wilayah islam sedang mengalami perkembangan ilmu pengetahuan yang luar biasa, terjadi kemajuan di berbagai sisi. Kemajuan kerajaan islam saat itu juga membawa pengaruh bagi orang eropa sehingga banyak orang-orang eropa datang ke wilayah timur untuk mendalami berbagai perkembangan ilmu yang sedang terjadi. Namun, setelah terjadinya perang salib terjadi perampasan besar-besaran akan kekayaan intelektual yang dimiliki umat islam. Berbagai teori yang kemudian mereka kembangkan di barat yang notabene berasal dari ilmuan islam, mereka claim merupakan hasil karya mereka tanpa menyebutkan dari mana sumber itu diperoleh. Contoh yang bisa ditemukan adalah buku berjudul The Wealth of Nation karya fundamental dari Adam Smith. Kalau diteliti lebih dalam, akan banyak ditemukan teori-teori ekonomi yang sebenarnya telah banyak tertuang dalam buku Muqadimah karya Ibnu Khaldun, salah seorang ilmuan dari islam yang tidak banyak dikenal orang. Fakta ini merupakan salah satu bukti yang menunjukkan telah terjadi missing link pemikiran ekonomi islam dalam dunia keilmuan ekonomi.

Perkembangan Perbankan Islam
Dunia perbankan boleh dibilang merupakan pembuka jalan perkembangan ekonomi islam, namun bukanlah satu-satunya bagian yang dibahas dalam ekonomi islam. Kenyataan menunjukkan bagus tidaknya perkembangan ekonomi islam di suatu negara juga bisa dilihat dari perkembangan perbankan islam di negara tersebut. Dalam dunia perbankan sendiri bisa kita ketahui bahwa perbankan islam atau yang juga dikenal dengan perbankan syariah mengalami perkembangan yang cukup bagus, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di negara lain yang nota bene sebagian besar penduduknya tidak muslim. Kenyataan ini mungkin bisa menjadi langkah awal dalam perkembangan perekonomian islam kedepannya dan menjadikan sistem ekonomi islam sebagai alternatif sistem ekonomi yang akan dianut karena kebobrokan dari sistem yang sebelumnya digunakan.

Hanya Tinggal Memilih
Kalau kita memperhatikan secara lebih dalam, Indonesia merupakan pelaksana ekonomi kapitalisme ”terbaik” di dunia. Ketidakmerataan di berbagai lini atau sektor antara berbagai wilayah merupakan salah bukti indikasi hal tersebut. Mengingat kondisi ekonomi Indonesia yang semakin parah, serta mengalami krisis yang tidak berkesudahan, diperlukanlah suatu sistem ekonomi alternatif untuk mengatasi masalah tersebut. Sistem ekonomi Islam bisa menjadi alternatif dari sekian banyak pilihan yang tersedia, dengan catatan juga dibarengi dengan pemahaman yang mendalam kepada masyarakat sebagai pelaksana utama aktivitas ekonomi tentang sistem ekonomi islam itu sendiri.

1 komentar:

Wuri handoyo mengatakan...

dari mana mulainya...?? ditengah kondisi hari ini.. Karena islam memiliki tabiatnya sendiri yang berbeda dengan system ekonomi yang lain